"TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, SEMOGA BERMANFAAT...!! SALAM"

Senin, 17 Oktober 2011

Belajar “Politik Cinta” dari Mahatma Gandhi


Penjajahan di seluruh dunia harus segera di hapuskan. Ya, seperti yang dialami India, selama bertahun-tahun telah mengalami penjajahan bangsa Inggris dan telah mengakibatkan penderitaan rakyat India dalam segala bidang kehidupan. Berbagai bentuk ketidakadilan, penindasan dan diskriminasi telah diterima oleh rakyat India yang tidak berhak atas harkat, kebebasan dan perlindungan hukum. Dengan merujuk kenyataan ini, konon Mahatma Gandhi merespon fenomena masyarakat tersebut dengan ajarannya tentang ahimsa. Sebuah semangat untuk memperbaiki kondisi rakyat India, sekaligus untuk memerdekakan India dari penjajahan bangsa Inggris melalui jalan tanpa kekerasan. Dengan ajarannya tersebut, ia menawarkan solusi menyeluruh pada penyadaran manusia untuk lebih mengenal dirinya, karena menurutnya dalam ahimsa tercakup toleransi, kesabaran, rendah hati dan cinta akan kebenaran.
Ahimsa berarti kesadaran besar bahwa semua yang hidup barulah mencapai arti setinggi-tingginya apabila di dalam cinta. Dendam, kejahatan dan kekejaman tidak lain adalah pelanggaran terhadap hukum-hukum alam asli. Pasrah terhadap perasaan-perasaan ini berarti memalingkan diri dari tata tertib ketuhanan. Ahimsa menuntut untuk melimpahkan kebaikan dan keridlaan kepada setiap mahluk yang hidup, dengan tenang membiarkan tiap-tiap kejahatan dan membalas kedzaliman dengan cinta. Gandhi menuntut kepada setiap orang untuk mengasihi setiap mahluk yang hidup. Secara negatif ahimsa diartikan sebagai suatu penghindaran untuk melukai atau membunuh apa pun yang ada di atas bumi, baik dalam perkataan, pikiran maupun perbuatan. Dengan kata lain bahwa ahimsa bukan berarti tidak melukai apa pun yang hidup, sebuah status yang pasif; bukan hanya sekedar untuk memaafkan kejahatan atau melawan kejahatan, berbuat baik kepada semua ciptaan yang hidup, tidak tanpa kekerasan atau tanpa  perlawanan, melainkan ahimsa merupakan suatu ekspresi hati manusia. Secara positif ahimsa berarti cinta yang paling agung, bahkan mencintai para pelaku kejahatan. 
Konsep Ahimsa Gandhi ini ditujukan kepada mereka yang mempunyai keteguhan jiwa, bukan kepada mereka yang lemah dan suka kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutanlah yang sungguh-sungguh dapat memiliki ahimsa, sehingga benar-benar ia menjadi orang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang pada kebenaran atau Satyagraha. Satyagraha merupakan usaha mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman terhadap diri sendiri. Satyagraha menghendaki mawas diri karena lawan harus disadarkan dari kesalahannya dengan kesadaran dan simpati. Satyagraha lebih dari sekedar perlawanan pasif karena menghendaki hubungan yang positif yang terus menerus di antara lawan dengan satu pandangan menuju perdamaian yang sesungguhnya. Aturan satyagraha harus dimulai dengan kesabaran, gagasannya adalah mempermalukan lawan bukan dengan cara membalas, memukul, namun dengan cara meluluhkan hatinya.
Gandhi terinspirasi oleh pencarian tiada henti terhadap kesempurnaan dan universalitas cinta. The Kingdom of God is Within You, karya Tolstoy menguraikan bahwa seluruh pemerintahan didasarkan pada perang dan kekerasan, dan seseorang bisa menandingi kejahatan-kejahatan ini hanya melalui perlawanan pasif (resistance passive). Gagasan ini menimbulkan kesan yang sangat mendalam dalam kehidupan Gandhi. Dengan The Kingdom of God is Within You ini Gandhi mendapat dukungan yang meyakinkan atas kepercayaan pada kebenaran dan tanpa perlawanan, dia juga mendapatkan suatu ungkapan dinamis tentang keindahan dan kebesaran penderitaan. Penderitaan tidak selalu bersifat dan bernilai negatif, dengan penderitaan manusia akan terangkat ke taraf keutamaan yang lebih tinggi. Tolstoy menunjukkan bahwa melalui penderitaan, manusia bisa membebaskan diri dan menetralisir kekuatan-kekuatan jahat yang ada pada dirinya.
Buku lain yang sangat berpengaruh bagi Gandhi bagaimana secara praksis melaksanakan ahimsa dan satyagraha adalah Civil Disobedience karya Henri David Thoreau. Buku ini membuka mata Gandhi bagaimana ahimsa dapat digunakan dalam menghadapi persoalan-persoalan politik. Ia juga terkesan oleh kenyataan bahwa manusia tidak pernah dapat dimasukkan dalam penjara, sebab tidak  ada satu instansi pun yang mampu manahan kehendak seseorang. Thoreau yakin bahwa kebenaranlah yang akan menang.
Gandhi telah membuktikan kepada dunia, bahwa rakyat India mampu mencapai kemerdekaan dari imperialisme Inggris melalui jalan ahimsa. Sebagai penganut Hindu, Gandhi mengambil term-term agama Hindu dalam hal ini ahimsa sebagai alat untuk melakukan perlawanan terhadap imperialisme Inggris. Digunakannya ahimsa sebagai asas dan teknik dalam tindakan politisnya, menjadikan ia berpengaruh. Tindakan politik Gandhi adalah tindakan spiritual sekaligus untuk memenuhi dharma Hindu. Tindakannya mempunyai arti, pertama sebagai tindakan pemujaan religius, kedua sebagai tindakan simbolis dan pendidikan bagi rakyat India untuk merealisasikan kebutuhan-kebutuhan, dan ahirnya tindakan-tindakan tersebut mempunyai makna universal sebagai manifestasi dari kebenaran yang mendesak, pembukaan kedok kepalsuan politik. Cara tanpa kekerasan (cinta) ala ahimsa Mahatma Gandhi ini tujuannya adalah mengubah, bukan memaksa seseorang supaya takluk. Maka cara ahimsa merupakan jaminan satu-satunya untuk mencapai kehidupan demokrasi yang sesungguhnya. Chairullizza
Pati, 24 Sepetember 2010

0 komentar:

Posting Komentar

CATATAN RULLY