foto : kuswanto |
Seperti
biasa, setelah lelah beraktifitas seharian, melihat Indonesia dari layar
televisi menjadi hiburan tersendiri. Dari channel televisi ke channel yang
lain, tayangannya hampir sama, menunjukkan kegagahan aparat kepolisian dalam
melumpuhkan mereka yang diduga “teroris”. Bahkan salah seorang ber-topi dengan
pistol ditangan --menurutku intel kepolisian-- mengatakan telah menembak mati “sang
teroris” tepat dikepala. Beberapa pengamat di televisi berpendapat bahwa pola
aksi yang dilakukan para “teroris” ini berbeda dengan sebelumnya, yang
melakukan aksi teror dengan bom bunuh diri. Meraka yang dilumpuhkan adalah para
teroris yang mempersenjatai diri dengan berbagai senapan dan pistol otomatis. Selain
itu, polisi juga menjadi salah satu target yang mereka bidik. Belakangan, dari
kedua belah pihak didapati jatuh banyak korban. Seakan-akan beberapa kejadian pertarungan
antara “polisi versus teroris” menunjukkan aksi saling balas.
Melihat tayangan berita tersebut, mengingatkanku pada pengakuaan
salah satu pelaku aksi pengeboman di ibu kota. Mereka menyebutnya “Jihad”.
Disisi yang lain, banyak pihak yang menyebut sebagai aksi teror yang sangat
keji. Mereka rela mati dengan bayangan akan mendapatkan imbalan penuh
kenikmatan di surga. Salah satunya adalah hadirnya bidadari-bidadari cantik
surga. Tentunya, sebuah harga yang pantas untuk mereka dapatkan, rela mati
hanya untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini sebuah kebenaran. Pertanyaannya,
bayangan bidadari seperti apa yang akan mereka dapatkan? Mungkinkah para
penafsir kurang tepat dalam menafsirankan ayat-ayat Tuhan?
Memang,
dalam al-Qur’an banyak sekali kita jumpai ayat-ayat yang menghubungkan antara
jihad dengan pahala yang besar di sisi Allah, dan dalam konteks “refressing”,
Allah menjanjikan iming-iming dengan
surga beserta gambaran-gambaran yang menyejukkan, seperti gunung atau bukit
yang menghijau, mengalir di bawahnya sungai-sungai, baik air, madu dan susu;
dan tidak ketinggalan di tengah taman yang indah itu terdapat bidadari-bidadari
yang sangat cantik yang selalu siap melayani. Semua itu bermuara pada
kesejukan, kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan. Dan deskripsi bidadari yang ada
dalam benak umum masyarakat Islam adalah bermuara pada pengertian wanita cantik
dan shalihat secara fisik.
Penyebutan
“bidadari” dalam al-Quran memakai konsep kunci “h}ūr un ‘īn”, dan secara umum diberi makna sebagai “bidadari”.
Oleh para ulama, umumnya ia dipahami sebagai sesosok wanita yang sangat cantik
jelita, seperti yang digambarkan juga oleh ulama Indonesia, A. Mudjab Mahalli
dalam bukunya Muslimah dan Bidadari. Bayangan akan “sosok cantik” tersebut
tentunya relatif dalam penggambaran masing-masing ulama. Tentu saja model
“membayangkan” ini, menjadi agak kontroversial jika dihadapkan dengan konsep
teologis bahwa surga –bidadari menjadi salah satu elemen penting di dalamnya-
tidak bisa dibayangkan.
Untuk sebuah surga yang kontroversial ini telah membuat
mereka berani mati melakukan aksi bom bunuh diri dan semacamnya. Sebuah aksi
yang memakan banyak korban nyawa, menjadikan anak yatim-piatu dan meninggalkan
cacat fisik seumur hidup bagi para korban. Tentunya, apa yang mereka lakukan
telah menjadikan banyak orang mengalami tauma berkepanjangan. Lebih parahnya, teror
yang mereka lakukan bersembunyi atas nama agama.
Untuk mereka yang rela mati bunuh diri melakukan
serangkaian aksi “teror”, yang menurutnya “Jihad” demi sebuah kenikmatan surga
dan bidadari-bidadari cantik surga. Sudahkah mendapatkan-Nya?
Chairulizza
0 komentar:
Posting Komentar